INOVASI PEMBELAJARAN KUANTUM

 



A. PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya menyangkut dengan teori pembelajaran telah banyak mendorong dan mengilhami terhadap inovasi di bidang model-model pembelajaran. Pergeseran dari istilah “mengajar, belajar, proses belajar mengajar” kepada “pembelajaran” semestinya tidak hanya di lihat dari sekadar perubahan, akan tetapi mendalam dan harus difahami landasan filosofi dan pergeseran paradigma yang terkandung didalamnya. Pembelajaran merupakan sebuah istilah yang kadang-kadang mengundang kontroversi baik di kalangan para ahli maupun di lapangan, terutama di antara guru-guru di sekolah. Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah pembelajaran sesungguhnya hanya berlaku di kalangan pendidikan masyarakat bukan di lingkungan sekolah, di lain pihak justru istilah tersebut sangat relevan dalam sistem persekolahan, yakni untuk membelajarkan siswa. Pendapat lain bahwa pembelajaran merupakan padanan dari instruction, yang artinya lebih luas dari pengajaran. Pembelajaran tidak hanya berlaku dalam pendidikan melainkan dalam pelatihan atau upaya pembelajaran diri.

Pembelajaran kuantum dikembangkan oleh Bobby DePorter (1992) yang beranggapan bahwa metode belajar ini sesuai dengan cara kerja otak manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Model pembelajaran kuantum dicetuskan oleh seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria Georgi Lozanov yang melakukan uji coba tentang sugesti dan pengaruhnya terhadap hasil belajar, teorinya yang terkenal disebut suggestology. Menurut Lozanov, pada prinsipnya sugesti itu mempengaruhi hasil belajar. Teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam belajar di antaranya yaitu mendudukan siswa secara nyaman, memasang musik di dalam kelas atau lapangan, meningkatkan partisipasi siswa, menggunakan poster-poster dalam menyampaikan suatu informasi, dan menyediakan guru-guru yang berdedikasi tinggi.

Istilah “Quantum” dipinjam dari dunia ilmu fisika yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum, pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara efektif dan efisien. Selain itu, adanya proses pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, penyertaan segala yang berkaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan moment belajar, fokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, seluruhnya adalah hal-hal yang melandasi pembelajaran kuantum.

Asas utama pembelajaran kuantum adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Subjek belajar adalah siswa yang memiliki modalitas yang harus difasilitasi oleh guru, sehingga guru harus berupaya terlebih dahulu untuk memahami potensi siswa sebagai subjek belajar. Prinsip model pembelajaran kuantum terdiri dari: segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan merupakan konsep utama pembelajaran kuantum untuk mewujudkan energi guru dan siswa dalam percepatan belajar, mempermudah belajar dan mengikis hambatan belajar tradisional.

B. Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kuantum

Selain azas utama seperti dipaparkan di atas tadi, pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip (Bobby DePorter, l992) sebagai berikut:

1. Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi, bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan belajar bagi siswa.

2. Segalanya bertujuan, maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.

3. Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkatagorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.

4. Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran.

5. Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan fan peningkatan hasil belajar berikutnya.

Selanjutnya Bobby DePorter (l992), mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui istilah TANDUR, yaitu:

1. Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).

2. Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.

3. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya.

4. Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya.

5. Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa.

6. Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional.

C. Model Pembelajaran Kuantum

Model pembelajaran kuantum identik dengan sebuah simponi dan pertunjukan musik. Maksudnya pembelajaran kuantum, memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. Untuk dapat mengarah kepada yang dimaksud, ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1) optimalkan minat pada diri, 2) bertanggung jawab pada diri, sehingga anda akan memulai mengupayakan segalanya terlaksana, dan 3) hargailah segala tugas yang telah selesai (Howard Gardner, dalam DePorter, 2002).

Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa, melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku. Berdasarkan prinsip dan azas landasan pembelajaran kuantum, guru harus mampu mengorkestrasi kesuksesan belajar siswa. Dalam pembelajaran kuantum, guru itu tidak semata-mata menerjemahkan kurikulum ke dalam strategi, metode, teknik, dan langkah-langkah pembelajaran, melainkan termasuk juga menterjemahkan kebutuhan nyata siswa. Untuk hal itu, dalam pembelajaran kuantum, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorkestrasi konteks dan kontens. Konteks berkaitan dengan lingkungan pembelajaran, sedangkan konten berkaitan dengan isi pembelajaran.

Penelitian menunjukan, bahwa suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi kegiatan belajar. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi. Niat kuat seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh pandangan positif guru dan citranya tentang kemampuan siswa. Keyakinan guru tentang potensi dan kemampuan semua siswa untuk belajar dan berprestasi akan menentukan keberhasilan siswa itu sendiri. Karena itu, aspek keteladanan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran belajar, karena siswa memiliki perasaan dan sikap yang turut mempengaruhi proses belajar. Selain itu, guru juga dituntut untuk mengetahui karakteristik emosional siswa, karena dengan memahami karakteristik emosional siswa dapat membantu mereka mempercepat proses belajar. Guru juga harus memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa, mengetahui dan menghargai kemampuan yang dimiliki siswa, dan melakukan penghargaan terhadap setiap upaya yang telah dilakukan oleh siswa. Penghargaan yang dimaksud, bukan hanya berupa material, tetapi dalam bentuk lain seperti pujian, menepuk pundak dsb. Guru perlu memperlakukan siswa sebagai manusia sederajat, mengetahui pikiran, perasaan dan kesukaannya mengenal hal-hal yang terjadi dalam kehidupan siswa, mengetahui apa yang menghambat memperoleh hal-hal yang mereka inginkan, berbicara dengan jujur dan menikmati kesenangan bersama mereka.

Ketika guru mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks, memberikan umpan balik, hendaknya dilaksanakan empat prinsip komunikasi, yaitu:memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak dan tepat sasaran. Memunculkan kesan adalah hal penting dalam belajar karena membantu otak membuat citra tentang apa yang dipelajari melalui asosiasi. Mengarahkan fokus perhatian juga penting karena dalam komunikasi otak memiliki kemampuan menyerap bayak informasi dalam setiap waktu dari pesan-pesan yang diberikan guru. Jika guru salah mengarahkan perhatian, maka informasi penting dapat menjadi tak tersadari. Bersifat mengajak pada prinsipnya berbeda dengan prinsip perintah yang menunjukkan dominasi guru. Ajakan itu lebih menimbulkan asosiasi positif tentang kebersamaan dan kerjasama secara kolaborasi untuk menghindari asosiasi negatif terhadap dinamika guru. Namun ajakan tersebut harus bersifat spesifik ditujukan langsung pada inti tujuan pembelajaran. Dalam berkomunikasi dengan siswa, hendaknya guru berkeyakinan bahwa komunikasi non verbal sama ampuhnya dengan komunikasi verbal. Komunikasi non verbal yang harus diperhatikan guru adalah kontak mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok (postur)

Belajar yang optimal adalah belajar dalam keadaan prima. Kondisi prima ini dapat terjadi ketika ada kesesuaian antar gerak, tubuh, fikiran, dan perasaan dalan kondisi terfokus dan menyenangkan. Karena itu pembelajaran kuantum menyarankan strategi SLANT dan keadaan alpha kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Strategi SLANT merupakan singkatan dari Sit Up In The Chair (duduk tegak di kursi), Lean Forward (condong kedepan), Ask question (bertanya), Node their hads (menganggupan pelaku), Talk to Their Teacher (berbicara dengan guru) tubuh tegak agak condong ke depan mengindikasikan tubuh dalam keadaan semangat belajar, sedangkan unsur ANT mengindikasikan partisioasi aktif siswa dalam belajar yang dapat memberi simulai kepada guru untuk lebih bergairah mengajar. Adanya upaya take and give antar guru dan siswa akan meningkatkan interaksi belajar yang dapat mengubah energi belajar lebih berbahaya. Belajar di sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan belajar secara akademik. Siswa perlu mempelajadi keterampilan hidup (life skill), dan keterampilan sosial (social skills).

 

0 Response to "INOVASI PEMBELAJARAN KUANTUM"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel