Surat Kuasa Untuk Tuhan
Salah satu jenis
profesi yang mengalami konstruksi sosial buruk dan penuh stigma sampai
dikategorisasi sebagai sampah masyarakat adalah profesi sebagai pelacur.
Pelacur sebagai profesi sebenarnya melambangkan perwajahan sesungguhnya dari
pergulatan kuasa politik, ekonomi, budaya, dan moral di dalam masyarakat. Dunia
pelacuran juga melambangkan kemendungan pandangan dan sikap masyarakat terhadap
para aktor (pelacur). Disatu sisi mereka yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam dunia ini dihujat, diumpat, dan direndahkan, namun disisi yang
lain dunia ini dibutuhkan dan bahkan tak sedikit dari para anggota masyarakat
yang juga menikmatinya. Dan yang paling terpuruk dan mengalami marginalisasi
dan bahkan dikorbankan dalam pergulatan dunia pelacuran ini adalah kaum
perempun.
Banyak hal yang
sebenarnya menjadi ruang terdalam dari pergulatan para pelacur yang selama ini
tidak difikirkan oleh banyak orang, yakni penghayatan dan apresiasi para
pelacur terhadap Dzat yang Mahakuasa, yakni Tuhan sang pencipta. Di saat kuasa
lain menyudutkan dia, ada kuasa lain yang tetap memberikan tempat mendengar
keluh kesahnya, menjadi peneguh saat mengalami keputusasaan, dan menjadi
sandaran tempat berharap untuk kehidupannya yang lebih baik. Inilah kuasa
Tuhan.
Tuhan dalam diri
seorang pelacur tentu bukanlah Tuhan yang mengalami institusionalisasi
sebagaimana layaknya yang sering diungkap dalam bahasa kaum agamawan. Sebab,
Tuhan bagi para pelacur berdimensi sangat personal, penuh belas kasih, dan
memandang apa adanya. Tuhan yang selalu hadir kapan saja dan dimana saja dan
dimana saja. Tuhan yang membuat kaum agamawan tak mampu lagi memonopoli sebagai
pemilik tunggal. Sekalipun seorang pelacur selalu dinilai amoral, pendosa, dan
jauh dari ajaran Tuhan, namun hakikat kemanusiaannya tetap selalu membutuhkan
Dzat yang dapat memandang kehidupannya secara lebih utuh dan apa adanya.
0 Response to "Surat Kuasa Untuk Tuhan"
Post a Comment