Problematika Pendidik Dalam Mengajarkan Seni Budaya


Setelah melakukan riset melalui wawancara sederhana dengan guru mata pelajaran Seni Budaya di salah satu sekolah menengah kejuruan di Yogyakarta, penulis memperoleh beberapa data yang mencakup problematika guru Seni Budaya. Problematika yang paling mendasar adalah perubahan materi yang disampaikan kepada siswa, dikarenakan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 mencakup empat bidang seni di antaranya seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni drama atau teater. Guru dituntut menguasai keempat bidang seni tersebut.  Hal ini tidak sesuai ketika guru sedang menempuh pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang hanya mempelajari satu bidang seni. Sebagai guru harus segera beradaptasi dengan kebijakan baru tersebut. Beberapa hal yang dapat menunjang guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran sesuai kurikulum 2013 antara lain:
a.    Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP adalah suatu organisasi guru yang dibentuk untuk menjadi forum komunikasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari di lapangan. Hasil wawancara penulis, MGMP sangat membantu dalam menunjang pemecahan masalah yang dihadapi guru pada kurikulum baru. Guru saling bertukar pikiran mengenai strategi belajar mengajar.
b.    Diklat (Pelatihan)
Selain melalui MGMP, diklat yang diadakan pemerintah untuk guru-guru juga sangat memberi solusi mengenai kompleksitas yang dihadapi. Salah satu yang di dapat dari diklat kurikulum 2013 adalah guru harus dapat mengamati hal-hal kecil untuk menjadi sesuatu yang besar. Hal-hal kecil berasal dari sekitar kita. 
Melalui MGMP dan Diklat (pelatihan) yang diberikan pemerintah untuk guru dapat mempermudah guru untuk menjalankan mata pelajaran Seni Budaya sesuai kurikulum 2013. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. Penting untuk dilaksanakan guru Seni Budaya adalah mencari referensi-referensi yang mendukung materi mata pelajaran. Sebagai contoh, guru yang mempunyai latar belakang seni musik ingin mengajar di kelas dengan materi seni rupa, maka guru tersebut harus mencari model pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa memahami materi melalui dua metode pembelajaran. Menurut Juju Masunah (2003) untuk pembelajaran apresiasi seni digunakan cara pendekatan aplikatif dan kesejarahan. Pendekatan aplikatif berkaitan dengan kegiatan berkarya kreatif. Pendekatan kesejarahan adalah apresiasi seni yang ditempuh melalui pengenalan sejarah seni. Dua cara pendekatan ini mengutamakan proses kreatif siswa, baik pada kegiatan praktik maupun apresiasi. Cara pendekatan ini sebenarnya dikembangkan dari budaya Indonesia yang berpijak pada tradisi lisan. Dengan menggunakan pendekatan tersebut siswa diharapkan memiliki minat untuk belajar lebih dalam mengenai pembelajaran seni.  Seorang guru dituntut memiliki pemahaman yang luas mengenai seni secara teoritis maupun karya seni lokal dan lainnya agar guru tersebut paham dengan metode apa yang sebaiknya diterapkan pada proses pembelajaran tersebut.

KESIMPULAN
Menjadi seorang guru haruslah memenuhi prasyarat yang memungkinkan sesorang untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan. Guru haruslah memiliki pengetahuan yang luas agar ketika menyampaikan materi bahan ajar dapat berlangsung dengan baik. Ketimpangan yang terjadi ketika isi kurikulum tidak semuanya terlaksana dengan baik sehingga menimbukkan permasalahan pada pembelajaran. Problematika yang dihadapi guru Seni Budaya saat ini cukup sulit namun yang harus dilakukan seorang guru sebaiknya selalu membuka diri untuk terus belajar dan mengembangkan diri, sehingga apabila dihadapkan dengan kebijakan baru akan dengan sepenuh hati untuk segera menyesuaikan diri. Segala problematika tersebut tidak perlu dianggap sebagai sebuah kesulitan. Apabila diambil nilai positif, kebijakan yang terasa sulit ini sesungguhnya mampu membuat guru Seni Budaya bertambah pengetahuan di bidang seni lain.
Beberapa harapan guru Seni Budaya antara lain: kurikulum tidak sering berubah-ubah. Mengembangkan kurikulum sebelumnya bisa menjadi solusi sehingga tidak ada perubahan yang mendasar dalam pelaksanaannya. Sebagai mata pelajaran normatif, fasilitas untuk berkesenian di sekolah masih sangat terbatas. Besar harapan guru Seni Budaya untuk dapat memiliki laboratorium kesenian di sekolah sehingga siswa lebih dapat mengembangkan kreativitas melalui kesenian.
Ada hal yang sebaiknya diperhatikan oleh pemerintah kaitannya dengan pendidikan seni, yaitu harus ada keselarasan antara mata pelajaran seni yang ada di sekolah dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

0 Response to "Problematika Pendidik Dalam Mengajarkan Seni Budaya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel